Sepekan – Warga Kampung Rawa Badak sekaligus Wakil Ketua KOMPAS KOPEL (Komite Masyarakat Pengawas Kota Pelabuhan) Tanjang Priok, Yusron Zainuri, mengaku merasa kecewa dengan sikap dari para calon ketika ‘blusukan’ di berbagai wilayah Jakarta. Mereka semua tampak tak punya empati kepada rakyat miskin kota yang hidup dalam ketidakadilan ekonomi dan kekumuhan.
‘’Kami kecewa ketika melihat cara para calon bakal gubernur di Pilkada Jakarta 2024. Rakyat kumuh dan miskin yang ada di perkampungan, khususnya di Jakarta Utara, tidak menjadi perhatian. Mereka mengabaikan keadaan kami. Bahkan terlihat enggan ketika membicarakan dan memberi solusi bagi kehidupan rakyat yang terpinggirkan,’’ kata Yusron, Jumat pagi, 20 September 2024.
Melihat kenyataan itu, Yusron kemudian mengatakan bila membandingkan sikap mereka dengan sosok Anies Baswedan itu sangat berbeda. Anies begitu peduli pada kondisi rakyat miskin kota. Dia berusaha memberikan lingkungan hidup yang baik dan mencarikan solusi bagi peningkatan taraf ekonominya.
‘’Ini kok beda ya? Dahulu Anies begitu memperhatikan kehidupan kami. Kini para calon itu tampak abai kepada kami. Padahal jumlah rakyat miskin kota sangat besar dan berarti dalam hal suara pemilih di Pilkada. Tapi lihat, apa yang mereka bawa ketika bertemu warga Jakarta. Mereka hanya berpose saja dan tak peduli membicarakan kondisi kami,’’ ujarnya lagi.
Yusron menyatakan pihaknya dan rakyat miskin pun tahu pemeritah provinsi DKI Jakarta, tentunya setelah Ibukota pindah ke IKN, memang tidak lagi berstatus sebagai DKI (Daerah Khusus Ibukota), dan akan tetapi berubah menjadi (DKJ) Daerah Khusus Jakarta. Hal itu tertuang dalam Undang Undang No 2 Tahun 2024.
Maka lanjutnya, adanya perubahan status itu diharapkan, kondisi Jakarta dan wilayah aglomerasi di sekitarnya dapat terus di tingkatkan sehingga menjadi sebagai kota pusat perekonomian serta kota global. ‘’Hal itu tentunya berimbas harus di barengi dengan pembenahan baik sarana maupun prasarana sertai infrastruktur yang dapat menunjang. Misalnya bagi kota admintratif Jakarta Utara sebagai tempat tinggal kami, juga harus menjadi bagian dari konsekuensi perubahan status itu.”
‘’Bagi kami potensi Jakarta Utara untuk membantu peningkatan pemenuhan rasa keadilan rakyat miskin sangat potensial. Ini karena di Jakarta semenjak dahulu punya potensi fitrah sebagai kota pelabuhan dan sebagai pusat urbanisasi. Hal itu terukur dari begitu banyak suku suku dari berbagai daerah dari Sabang hingga Merauke,’’ tegas Yusron.
Namun, ungkapnya, sebagai kota pelabuhan, menjadikan Jakarta Utara sebagai kampung terpadat oleh kendaraan truk trailer pembawa kontainer yang hilir masuk dari dan ke Pelabuhan Tanjung Priok. Akibatnya muncul kesemrawutan dan kemacetan serta kerusakan lingkungan.’’Akibatnya, banyak warga mengidap gangguan kesehatan di sebabkan karena polusi dari hasil pembuangan asap knalpot truk-truk besar yang melewati jalan jalan, Bahkan juga gangguan kejiwaan akibat stres karena tekanan kemacetan. Belum lagi muncul masalah osial hingga kemiskinan. Tapi kenapa keadaan buruk ini tidak dibicarakan oleh para calon ketika menemui warga kami.”
‘’Bagi para calon gubernur harap diketahui adanya lima masalah yang mengancam kehidupan warga Jakarta yang harus segera dicarikan solusinya. Pertama, membenahi kesemerawutan Truk Trailer di Jakarta Utara. Kedua, membangun senergitas antara pengelola pelabuhan dengan pemerintahan kota dan daerah serta masyarakt kota. Ketiga, perlunya prioritas bagi masyarakat Jakarta Utara untuk bekerja di pelabuhan sesuai dengan kemampuan dan bidang yang di butuhkan,’’ katanya.
Keempat, gubernur harus mampu mengurangi angka pengangguran. Ini dilakukan dengan memberikan pelatihan praktis yang bisa langsung dipekerjakan di wilayah pelabuhan.
’’Kelima, persoalan sosial serta lungkungan kumuh dan miskin harus di selesaikan dengan program nyata, dan adanya penataan kota yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan serta peradaban untuk meningkatkan harkat dan martabat bagi semua,’’ tegas Yusron.